Translate

Jumat, 30 Oktober 2009

Mencintai Yang Semestinya Dicintai

Penulis: Makky Lazuardi

Kehadiran sesuatu hal dalam diri kita kadang membawa sebuah kedekatan hati pada hal itu. Namun manusia banyak yang terjebak dengan apa yang mengalir di depan matanya, di hatinya, dan di otaknya. Padahal hati diciptakan sebagai tempat bermunajat pada Allah, bukan tempat persinggahan warna-warni dunia. Karena mencintai sesuatu yang bukan tempatnya, bukanlah cinta yang diridloi-Nya. Rasulullah SAW bersabda, "Cinta dunia adalah biang segala kesalahan "(HR. Thabrani)

Makna eksplisit dari redaksi hadits di atas menjelaskan bahwa semua kesalahan anak manusia bermuara dari cinta dunia yang bersemayam dalam hati. Sebab, bila diteliti ternyata perasaan cinta itu adalah motivator utama bagi seseorang untuk berbuat maksiat. Begitupula sebaliknya, cinta kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya adalah bahan bakar untuk berbuat ketaatan, berangkat dari klasifikasi iman menjadi dua, aqli (rasional) dan athifi (emosional).

Hal ini diaktensi (dibahas) oleh hadits lain yang artinya "Cintamu terhadap sesuatu itu selalu membutakan dan membuatmu tuli". (HR. Abu Daud). Maka satu-satunya kiat untuk menghindari kesalahan adalah benci terhadap dunia, seperti dijelaskan oleh hadits di atas melewati arti implisitnya. Benci disini berarti menghapus rasa ketergantungan hati, sebagaimana cinta - merupakan antonimnya - yang berarti kecenderungan kalbu terhadap sesuatu. Ketergantungan akan dunia kiranya dapat terkelupas dari batin seseorang bila ia selalu meyakinkan dirinya tentang umur dunia yang temporal(sementara) ini dan mengingat realita kematian, serta senantiasa menganggap dirinya berada dalam kembara hidup yang tak ubahnya suatu perjalanan singkat menuju akhirat. "Anggaplah dirimu di dunia seperti orang asing atau orang yang meniti suatu jalan"m begitu sabda Rasulullah SAW.

Agaknya tamsil (permisalan) orang asing (gharib) yang dibawa oleh beliau sangatlah tepat untuk dijadikan bahan renungan, klop dengan kondisi kita sekarang ini yang jauh dari kampung halaman. Maka marilah kita posisikan negeri asing tempat kita berdomisili ini sebagai dunia, dan kampung halaman yang jauh dari mata adalah akhirat, lalu mulailah sejenak kita renungkan. Mungkin terbesit di hati sebagian bahwa konsep benci terhadap dunia di atas, tidak logis sekaligus tidak manusiawi, dengan alasan bahwa eksistensi (keberadaan) manusia itu sendiri di dunia ini adalah untuk berkarya, maka bagaimana bisa sinkron (nyambung) dengan perasaan benci terhadap dunia yang notabene adalah lokasi atau lahan untuk berkarya.

Namun ilusi tersebut--bila kita mau bijaksana--muncul ke permukaan pikiran sebab kesalahan interpretasi (cara memaknai) terhadap makna benci itu sendiri. Perlu dipahami, benci dunia bukan berarti melepaskan diri dari realita hidup di dalamnya, tapi berarti mencerabut ketergantungan hati darinya. Demikian pula dengan terminologi (pengertian) Zuhud yang dikenalkan oleh Nabi SAW dalam salah satu sabdanya kepada Ibnu Abbas ra.--menurut para ulama--bukan bermakna kosongnya tangan dari dunia, namun maknanya adalah kosongnya hati darinya (khuluw al-qolbi min ad-dunya la khuluw al-yadi).

Ada sebuah hikayat. Di sebuah desa, tersebutlah seorang kyai yang hidup sangat miskin. Sehingga disebutkan bahwa hartanya hanya setengah batok kelapa. Sarana satu-satunya untuk makan, minum dan kebutuhan lainnya. Alhasil, ia adalah profil kiai yang anti dunia. Suatu hari, muridnya sowan (bertandang--Jawa-red.) kepadanya untuk pergi ke suatu tempat. Si kiai lalu berpesan kepadanya agar sesampainya ia di tujuan agar menemui gurunya yang kebetulan tinggal di sana, sekaligus meminta pesan nasihat dari mahaguru tadi spesial untuk si Kiai.

Berbekal alamat dari sang kiai, sang murid kemudian sampai ke kediaman mahaguru. Namun seribu tanda tanya membuat hatinya begitu masygul ketika ia lihat ternyata kediaman mahaguru itu adalah rumah megah, lengkap dengan asesoris yang serba "wah", ditambah dengan beberapa pelayan dengan berbagai profesi. Pemandangan yang membingungkan tidak membuat ia mundur untuk menyampaikan salam kiai batok berikut permintaan nasehat. Dengan penuh was-was ia utarakan maksud kedatangannya setelah sedikit basa-basi tentunya. Mahaguru itu lalu berpesan kepada murid itu guna menyampaikannya kepada Kiai batok agar menjauhi dunia. Sontak saja sang murid seperti ditampar sandal, hatinya bergumam, bagaimana mahaguru itu menganjurkan sang kiai yang super sederhana untuk menjauhi dunia padahal ia sendiri berlimpahan harta.

Saat ia kembali ke desanya, ia langsung menemui si Kiai dan menyampaikan pesan dari mahaguru untuknya, meski dengan perasaan tak karuan. Tapi si Kiai setelah mendengar pesan itu menangis tersedu-sedu. Lalu ia memikir teka-teki yang berada di benak muridnya, seraya berkata: "Tahukah engkau tentang guruku yang telah kau temui kemarin, walaupun ia berlimpahan dunia tapi hatinya sama sekali tidak memikirkannya, lain halnya dengan diriku yang ternyata masih selalu memikirkan batok kelapa ini".

Sebagian menyebutkan bahwa mahaguru di atas adalah Imam Abul Hasan as-Syadzili. Ada baiknya jika renungan singkat ini, di tutup dengan profil salah satu sahabat sekaligus Ahlu Bait Nabi SAW yang bernama Ali Bin Abi Tholib Karrama Allahu Wajhahu.

Suatu hari sahabat Muawiyah bin Abu Sufyan RA. berkata kepada Dhiror bin Dhomroh, "Ceritakan kepadaku tentang karakter Ali". "Mohon, jangan kau memaksaku," jawab Dhiror. "Ceritakan!" tegas Muawiyah lagi. "Mohon jangan kau memaksaku," jawabnya untuk kedua kali. "Bagaimanapun kau harus ceritakan!". Lalu Dhiror berkata, "Bila memang harus aku ceritakan, maka--demi Allah--ia adalah pribadi bersahaja, sangat kuat, berkata benar, dan berlaku adil. Ilmu pengetahuan mengalir deras darinya. Benci terhadap kelap-kelip dunia, dan senang dengan suasana gelapnya malam. Ia--demi Allah--sering menangis, dan merenung, membalik telapak tangannya dan berbicara kepada dirinya sendiri. Ia senang dengan baju yang kasar, dan makanan yang sederhana. Demi Allah, Ia selalu menjawab pertanyaan kami, mengajak kami berbicara sebelum kami mulai, dan selalu datang bila kami undang. Sementara kami--demi Allah-- meski ia akrab, selalu menaruh segan kepadanya, kami tidak pernah mendahuluinya bicara. Saat ia tersenyum tak ubahnya seperti mutiara yang tersusun. Ia menghormati pakar agama, dan mencintai orang-orang miskin. Orang dzolim akan tunduk, dan orang lemah akan merasakan keadilannya. Aku bersaksi dengan nama Allah! Aku pernah melihatnya suatu saat, ketika malam menurunkan tabirnya, dan bintang-bintang mulai tertelan pekat, ia berdiri di mihrabnya sambil memegang jenggotnya, terlihat gelisah seperti orang sakit, dan menangis sedih. Aku mendengarnya berkata, "Hei Dunia, apakah engkau menuju kepadaku dan mengawasiku, menjauhlah, menjauhlah! Tipu selain aku, sebab aku sudah menceraimu tiga kali tanpa rujuk! Usiamu sebentar, kehidupanmu remeh, namun bahayamu besar! Oh, bekalku yang sedikit, padahal perjalanan yang penuh aral masih teramat jauh".

Setelah mendengarnya Muawiyah menangis tersedu-sedu. Akhirnya, marilah kita memohon kepada Pencipta dunia dan alam semesta, dengan doa yang seringkali tergulir dari lisan orang-orang saleh, "Allahummaja'al ad-dunya fi aydina wala taja'alha fi qulubina". Yang artinya, "Ya Allah jadikanlah dunia di tangan kami tapi jangan Kau menjadikannya dalam hati kami".

Jauhilah Kesenangan Dunia, Niscaya Dicintai Allah

Dari Abul-Abbas Sahl bin Sa’d As-Sa’idi rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkan aku suatu amal, jika aku lakukan akau akan dicintai Alloh dan dicintai oleh manusia. “Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Zuhudlah terhadap dunia, niscaya dicintai Alloh dan zuhud lah terhadap apa yang dimiliki orang lain, niscaya mereka akan mencintaimu” (Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan imam yang lainnya dengan sanad yang shahih)

Zuhud
Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk akhirat. Maka zuhud terhadap dunia maksudnya apabila berbuat bukan demi mendapatkan nilai duniawi tetapi semata-mata lillah, maka sama saja baginya mendapat pujian atau mendapat celaan manusia. Zuhud terhadap milik manusia maksudnya tidak ada dalam hatinya keinginan dan perhatian terhadap sesuatu yang menjadi milik orang lain. Barang siapa yang bisa merealisasikan dalam dirinya zuhud dengan pengertian di atas maka dia akan meraih cinta Alloh dan cinta manusia.

Kedudukan Hadits
Hadits ini sangat penting karena berisi landasan untuk mendapatkan cinta Alloh dan cinta manusia.
Cinta Alloh Dan Cinta Manusia
Cinta Alloh dapat diraih dengan menunaikan hak-hakNya dan demikian juga cinta manusia dapat diraih dengan menunaikan hak-haknya dan memperlakukan mereka secara adil dan baik. Mendapat cinta Alloh adalah tujuan utama seorang hamba dalam hidupnya, maka wajib bagi seorang hamba untuk mengetahui hal-hal yang mendatangkan kecintaan Alloh.

Hadis ini memberitahukan bahwa Allah SWT mencintai orang orang yang zuhud terhadap dunia. Mereka berkata:”Jika kecintaan terhadap Allah adalah tingkatan keimanan yang paling mulia, maka zuhud terhadap dunia adalah keadaan keimanan yang paling mulia pula.”
Ketahuilah bahwa zuhud di dunia merupakan salah satu kedudukan yang mulia bagi orang orang yang meniti jalan Alloh. Zuhud merupakan ungkapan tentang pengalihan keinginan dari sesuatu kepada sesuatu yang lebih baik lagi. Apa yang dialihkan itu disyaratkan merupakan sesuatu yang di senangi seberapa pun porsinya. Siapa yang mengalihkan sesuatu yang tidak di senanginya dan dia tidak menuntutnya, maka ia tidak disebut orang yang zuhud.
Istilah orang yang zuhud dikhususkan bagi orang orang yang meninggalkan keduniaan. Siapa yang zuhud dalam segala sesuatu selain Alloh SWT, maka dia adalah orang yang sempurna dalam zuhudnya.Siapa yang zuhud di dunia dan mengharapkan surga dan kenikmatannya maka dia juga disebut orang yang zuhud.
Adapun pengertian zuhud adalah berpalingnya keinginan terhadap sesuatu kepada sesuatu yang lebih baik darinya. Ilmu yang akan menghantarkan manusia ke gerbang zuhud adalah ilmu tentang betapa hinanya sesuatu yang ditinggalkan jika dibandingkan dengan sesuatu yang di ambil.
Siapapun yang mengerti, (seperti mengertinya ia bahwa batu permata itu lebih mulia dari pada sebongkah batu es), bahwa apa yang disisi Alloh SWT itu lebih kekal dan akhirat itu lebih baik dan abadi, maka ialah orang yang zuhud.
Ketahuilah bahwa zuhud bukan hanya meninggalkan harta, menghinakannya sebagai sesuatu yang di hamparkan dan bisa di jadikan kekuatan serta sesuatu yang melemahkan hati, tetapi zuhud ialah meninggalkan keduniaan ,karena tahu kehinaannya jika dibandingkan denngan ketinggian nilai akhirat. Siapa yang menyadari bahwa dunia ini laksana es yang mencair ketika diletakkan di bawah terik matahari, ia akan terus meleleh sampai akhirnya hilang, dan akhirat itu laksana batu permata yang tidak akan hilang di telan masa.
Fudhail bin ’iyadl berkata;”Pondasi zuhud adalah ridha terhadap segala sesuatu yang datang dari Alloh SWT”. Beliau juga berkata;”Orang yang selalu qona’ah adalah orang yang zuhud dan dialah orang yang pada hakikatnya kaya. Barang siapa memiliki sifat ”yakin” dan ”percaya” kepada Alloh SWT,maka ia akan tenang menyerahkan segala urusan kepada Alloh SWT, dan ridho kepada segala keputusanNya, ia juga akan memutuskan roja’ dan khouf kepada makhluk serta meninggalkan usaha mencari kekayaan dunia dengan cara-cara yang di benci. Maka, barang siapa yang demikian keadaannya maka dia adalah seorang yang benar-benar zuhud dan orang terkaya walaupun ia tidak memiliki sedikit pun harta dunia. Seperti yang di ungkapkan sahabat ‘Ammar;”Cukuplah kematian itu menjadi peringatan, cukuplah keyakinan yang kuat itu menjadi kekayaan, dan cukuplah ibadah itu menjadi kesibukan.”

Alloh SWT memuji orang yang zuhud terhadap dunia dan mencela mereka yang mencintai dunia.
Artinya: ”Tetapi kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia, padahal akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (Al ’Ala: 16-17)
dan Firman Alloh
Artinya:”Dan mereka bangga dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia itu dibandingkan dengan akhirat hanyalah kesenangan yang tidak berarti”.(Ar Ra’d :26)
Rosululloh SAW bersabda:

وَاللهِ لِلدُّنْيَاأَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هذَا عَلَيْكُمْ (روه المسلم)

Artinya:“Demi Alloh,dunia ini dihadapan Alloh lebih hina dari pada bangkai ini di hadapan kalian.” (HR.Muslim)

Dan diantara keutamaan zuhud,maka allah berfirman:”Dan janganlah kamu menunjukan kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan kepada golongan golongan dari mereka,sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami cobai pada mereka”.(Thoha:131)
Hasan Albasri berkata:”manusia dihimpun pada hari kiamat dalam keadaan telanjang,kecuali orang orang yang zuhud.sesungguhnya ada orang orang yang dihormati diduna lalu mereka disalib di papa kayu,sihingga mereka menjadi hina karenanya maka tenangkanlah hati kalian jika kalian di hinakan hanya karena perkara dunia.
Adapun zuhud memiliki beberapa derajat dan tingkatan .
1.seseorang yang zuhud terhadap dunia tetapi sebenarnya ia menginginkannya.hatinya condong padanya,jiwanya berpaling padanya,namun ia berusaha bermujahada untuk mencegahnya, inilqh seorang yang mutazahhid(orang yang berusaha zuhud).
2.seorang meninggalkan dunia dalam rangka taat kepada allah swt.karena ia melihat sebagain sesuatu yang hina dina,jika dibandingkan dengan apa yang hendak di gapainya.orang ini sadar betul bahwa ia zuhud, kaadaannya seperti orang yang meninggalkan sekeping dirhan untuk mendapatkan dua keping dirham.
3.seorang yang terhadap dunia dengan benar benar zuhud dalam zuhudnya.dia tidak melihat dunia sebagai sesuatu yang tidak berguna seperti orang membuang sampah,lalu mengambila mutiara,dan perumpamaan lainnya,seperti orang ingin memasuki istana raja tetapi dihadang oleh seokor anjing didepan gerbang.lalu ia melemparkan sepotong daging untuk mengelabuhi anjing tadi dan iapun masukmenmui sang raja.
Ada orang yang bernggapan bahwa siapa yang meninggalkan harta adalah orang yang zuhud. Padahal pada hakikatnya tiadak begitu, meninggalkan harta dan menampakkan kemelaratan, telalu mudah dilakukan oleh orang yang ingin dipuji sebagai orang yang zuhud.
Zuhud harus menghindari harta dan kedudukan secara bersama-sama, agar zuhud bisa menjadi sempurna didlam jiwa. Ibnu mubarok berkata : “ zuhud yang paling utama adalah menyembunyikan zuhud. Untuk itu harus diperhatikan tiga perkara di bawah ini :
1. Tidak boleh menampakkan kegembiraan karena yang dia ingini ada, dan tidak boleh menampakkan kesedihan karena yang dia ingini tidak ada. Ini zuhud yang berkaitan dengan harta.
2. Harus menyeimbangkan diri terhadap orang yang memuji dan mencelanya. Ini zuhud yang berkaitan dengan kedudukan.
3. Kebersamaannya hanya dengan Alloh SWT. Biasanya orang tersebut mendapatkan manisnya keimanan didalam hatinya karena ketaatannya kepada Alloh SWT.

Adapun orang yang cinta kepada dunia dan cinta kepada Alloh SWT yang bersemayam didalam hatinya, maka ini ibarat air dan udara didalam kuali, jika air dimasukkan kedalamnya, maka udaranya akan kelua. Karena keduanya tidak akan pernah bisa berkumpul.
Banyak diantara para sahabat, Tabi’in, Tabiut Tabi’in serta orang-orang sholeh yang sangat dicinyai baik itu oleh Rosululloh SAW, serta para orang-orang yang ad adi dekatnya. Diantaranya dari golongan Tabi’in, belau adalah Umar bin Abdul Aziz seorang pemimpin yang sangat zuhud. Dunia berlimpah datang kepadanya tetapi ia meninggalkanny. Jadi wajar saja beliau sangat dicintai oleh rakyatnya, sampai-sampai, pada masa beliau tiada seorangpun diantara rakyatnya yang kekurangan akan harta, semuanya merasa sangat tercukupi. Sampai akhir hayatnya beliau tidak mewariskan harta yang banyak kepada anak-anaknya. Dan anaknyapun tidak merasa sedih, bahkan mersa bangga akan kebijaksanaannya kepada rakyat maupun kezuhudannya terhadap dunia.
Sedangkan kita, sudahkah kita zuhud akan DUNIA……………???????????????? Dan relakah kita meninggalkan dunia yang fana ini dalam rangka beribadah kepada Alloh SWT…….??????serta agar dicintai oleh-Nya karena kezuhudan yang tertancap di dalam hati kita…..????

Oleh : Hadidi El Muhajid

Referensi
1. tazkiyatun Nafs ( Ibnu AL Jauziyyah, Imam Ghozali, Ibnu Rojab )
2. minhajul Qosidin ( Ibnu Qudamah )
3. Al Atqiaul Akhfiyaa ( Said Abdul Adzhim )
4. Washoya Rosululloh LirRijal ( M. Khalil Itani )
5. Mahligai Taqwa ( Ibnu Rajab )
6. Kitab ARRiqqohb ( Ibnu Qudamah )

Zuhud dan Tamak

1. Seorang sahabat datang kepada Nabi Saw dan bertanya, "Ya Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang bila aku amalkan niscaya aku akan dicintai Allah dan manusia." Rasulullah Saw menjawab, "Hiduplah di dunia dengan berzuhud (bersahaja) maka kamu akan dicintai Allah, dan jangan tamak terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya kamu akan disenangi manusia." (HR. Ibnu Majah).

2. Telah sukses orang yang beriman dan memperoleh rezeki yang kecil dan hatinya pun akan disenangkan Allah dengan pemberianNya itu. (HR. Muslim)

Penjelasan:
Dia merasa senang dengan rezeki yang diberikan Allah meskipun sedikit.

3. Ya Allah, langsungkan hidupku dalam kemiskinan dan wafatkan aku dalam keadaan miskin, dan bangkitkan pula aku kembali dalam kelompok orang-orang miskin. (HR. Bukhari)

4. Robbku menawarkan kepadaku untuk menjadikan lembah Mekah seluruhnya emas. Aku menjawab, "Jangan ya Allah, aku ingin satu hari kenyang dan satu hari lapar. Apabila aku lapar aku akan memohon dan ingat kepada-Mu dan bila kenyang aku akan bertahmid dan bersyukur kepada-Mu." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

5. Cukup bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya. (HR. Ath-Thabrani)

6. Barangsiapa ridho dengan rezeki yang sedikit dari Allah maka Allah akan ridho dengan amal yang sedikit dari dia, dan menanti-nanti (mengharap-harap) kelapangan adalah suatu ibadah. (HR. Bukhari)

7. Kepuasan (rela dengan bagiannya) adalah pusaka yang tidak bisa hilang. (HR. Al-Baihaqi)

8. Barangsiapa zuhud di dunia maka ringan baginya segala musibah. (HR. Asysyihaab)

9. Dua orang pelahap yang tidak pernah kenyang yaitu penuntut ilmu dan penuntut dunia. (HR. Al Bazzaar)

10. Ketamakan menghilangkan kebijaksanaan dari hati para ulama. (HR. Ath-Thabrani)

11. Kekayaan bukan banyaknya harta-benda yang dimiliki tetapi kekayaan jiwa. (HR. Bukhari)

Kitab Zuhud Dan Kelembutan Hati

· Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Rasulullah bersabda: Tiga perkara yang akan mengiringi mayit, yang dua akan kembali dan yang satu akan menetap. Ia akan diiringi oleh keluarganya, hartanya dan amal perbuatannya. Keluarga dan hartanya akan kembali dan tinggallah amal perbuatannya. (Shahih Muslim No.5260)

· Hadis riwayat Amru bin Auf ra., ia berkata:
Bahwa Rasulullah mengutus Abu Ubaidah bin Jarrah ke Bahrain untuk memungut jizyahnya (upeti), karena Rasulullah telah mengadakan perjanjian damai dengan penduduk Bahrain dan mengangkat Alaa' bin Hadhrami sebagai gubernurnya. Kemudian Abu Ubaidah kembali dengan membawa harta dari Bahrain. Orang-orang Ansar mendengar kedatangan Abu Ubaidah lalu melaksanakan salat Subuh bersama Rasulullah. Setelah salat, beliau beranjak lalu mereka menghalanginya. Ketika melihat mereka beliau tersenyum dan bersabda: Aku tahu kalian telah mendengar bahwa Abu Ubaidah telah tiba dari Bahrain dengan membawa harta upeti. Mereka berkata: Benar, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Bergembiralah dan berharaplah agar mendapatkan sesuatu yang menyenangkan kamu sekalian. Demi Allah, bukan kefakiran yang aku khawatirkan terhadap kalian, tetapi yang aku khawatirkan adalah jika kekayaan dunia dilimpahkan kepada kalian sebagaimana telah dilimpahkan kepada orang-orang sebelum kalian, kemudian kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba dan akhirnya dunia itu membinasakan kalian sebagaimana ia telah membinasakan mereka. (Shahih Muslim No.5261)

· Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Bahwa Rasulullah bersabda: Ketika seorang dari kalian memandang orang yang melebihi dirinya dalam harta dan anak, maka hendaklah ia juga memandang orang yang lebih rendah darinya, yaitu dari apa yang telah dilebihkan kepadanya. (Shahih Muslim No.5263)

· Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Bahwa ia mendengar Nabi bersabda: Sungguhnya ada tiga orang Bani Israel, seorang berkulit belang, seorang berkepala botak dan yang lain matanya buta. Allah ingin menguji mereka, maka Dia mengirim malaikat. Malaikat ini mendatangi orang yang berkulit belang dan bertanya: Apa yang paling kamu sukai? Orang itu menjawab: Warna (kulit) yang bagus, kulit yang indah dan sembuhnya penyakit yang membuat orang jijik kepadaku. Malaikat tersebut mengusap tubuhnya, maka penyakitnya sembuh dan ia diberi warna yang bagus dan kulit yang indah. Malaikat bertanya lagi: Harta apa yang paling kamu senangi? Orang itu menjawab: Unta. Atau: Ia menjawab: Sapi. (Ishak ragu-ragu tentang itu). Lalu ia diberi unta yang hampir melahirkan lalu malaikat berkata: Semoga Allah memberkahinya untukmu. Kemudian ia mendatangi orang yang botak lalu bertanya: Apa yang paling kamu sukai? Orang itu berkata: Rambut yang indah dan sembuhnya penyakit yang membuat orang jijik kepadaku. Malaikat mengusapnya, maka penyakitnya sembuh dan ia diberi rambut yang indah. Malaikat bertanya lagi: Harta apa yang paling kamu senangi? ia menjawab: Sapi. Maka ia diberi sapi bunting lalu malaikat berkata: Semoga Allah memberkahinya untukmu. Kemudian malaikat mendatangi yang buta, lalu bertanya: Apa yang paling kamu sukai? Ia menjawab: Allah mengembalikan penglihatanku, sehingga aku dapat melihat manusia. Maka Malaikat mengusapnya, sehingga penglihatannya kembali normal. Malaikat itu bertanya lagi: Harta apa yang paling kamu sukai? Ia menjawab: Kambing. Maka ia diberi kambing yang beranak. Selanjutnya semua binatang yang diberikan itu beranak-pinak sehingga orang yang berpenyakit belang dapat mempunyai unta satu lembah, yang botak mempunyai sapi satu lembah dan yang asalnya buta memiliki kambing satu lembah. Pada suatu ketika malaikat kembali mendatangi orang yang berpenyakit belang dalam bentuk dan cara seperti ia dahulu lalu berkata: Aku orang miskin yang telah terputus seluruh sumber rezeki dalam perjalananku, maka pada hari ini tidak ada lagi pengharapan, kecuali kepada Allah dan kamu. Demi Tuhan yang telah menganugerahimu warna yang bagus, kulit yang indah serta harta benda, aku minta seekor unta untuk membantuku dalam perjalanan. Orang itu berkata: Masih banyak sekali hak-hak yang harus kupenuhi. Maka malaikat itu berkata kepadanya: Aku seperti mengenal kamu, bukankah kamu yang dahulu berpenyakit kulit belang yang manusia jijik kepadamu, serta yang dahulu fakir lalu diberi harta oleh Allah? Orang itu berkata: Aku mewarisi harta ini secara turun-temurun. Malaikat berkata: Kalau kamu berdusta, semoga Allah menjadikan kamu seperti dahulu lagi. Setelah itu malaikat tadi mendatangi orang yang dahulu botak dalam bentuknya seperti dahulu lalu berkata kepadanya seperti apa yang dikatakannya kepada orang yang berkulit belang, dan orang itu menjawabnya seperti jawaban orang yang belang tadi. Maka malaikat berkata: Jika kamu berdusta, semoga Allah menjadikan kamu seperti dahulu lagi. Kemudian sesudah itu malaikat mendatangi orang yang dahulu buta dalam bentuk dan cara seperti dahulu lalu berkata: Aku orang miskin yang mengembara dan telah terputus seluruh sumber rezeki dalam perjalananku, maka pada hari ini tidak ada lagi pengharapan, kecuali kepada Allah dan kamu. Demi Tuhan yang telah memulihkan penglihatanmu, aku minta seekot kambing untuk membantuku dalam perjalanan. Orang itu berkata: Dahulu aku buta, lalu Allah memulihkan penglihatanku, maka ambillah apa yang kamu inginkan dan tinggalkanlah apa yang tidak kamu inginkan. Demi Allah aku tidak akan membebani kamu untuk mengembalikan sesuatu yang telah kamu ambil untuk Allah. Maka malaikat berkata: Peganglah hartamu itu semua, karena kamu sekalian hanya sekedar diuji, kamu telah diridai Tuhan, sedangkan kedua sahabatmu telah dimurkai Allah. (Shahih Muslim No.5265)

· Hadis riwayat Saad bin Abu Waqqash ra., ia berkata:
Demi Allah, aku adalah orang Arab pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah. Kami pernah berperang bersama Rasulullah dan tidak ada makanan yang dapat kami makan selain daun hublah dan daun samur (dua macam tanaman padang pasir), sehingga kotoran kami seperti kotoran kambing. Kemudian keesokan harinya Bani Asad mengajariku pengetahuan agama. Kalau demikian, sungguh aku telah gagal dan usahaku sia-sia. Dan Ibnu Numair tidak mengatakan: Kalau demikian. (Shahih Muslim No.5267)

· Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Sejak berpindah ke Madinah, keluarga Muhammad tidak pernah merasa kenyang karena makan gandum selama tiga malam berturut-turut sampai beliau wafat. (Shahih Muslim No.5274)

· Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Kami, keluarga Muhammad sering hidup selama satu bulan tidak menyalakan api (memasak), karena makananannya hanya kurma dan air. (Shahih Muslim No.5280)

· Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Ketika Rasulullah wafat, di lemariku tidak ada sesuatu yang dapat dimakan manusia, kecuali setengah roti gandum yang berada dalam sebuah lemari milikku lalu aku memakan sebagian untuk beberapa lama, kemudian aku timbang ternyata telah habis. (Shahih Muslim No.5281)

· Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Rasulullah wafat ketika orang-orang sudah kenyang memakan kurma dan air. (Shahih Muslim No.5284)

· Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya. Dalam riwayat Ibnu Abbad: Demi Tuhan yang jiwa Abu Hurairah berada dalam genggaman-Nya, belum pernah Rasulullah membuat keluarganya kenyang selama tiga hari berturut-turut dengan roti gandum sampai beliau wafat. (Shahih Muslim No.5286)

1. Janganlah memasuki daerah kaum yang menganiaya diri mereka sendiri, kecuali dengan menangis

· Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda kepada Ashabul Hijr: Janganlah kamu sekalian memasuki daerah kaum yang telah disiksa, kecuali jika kamu sekalian menangis. Kalau kamu tidak menangis, janganlah memasuki daerah mereka agar kalian tidak tertimpa apa yang menimpa mereka. (Shahih Muslim No.5292)

2. Berbuat baik kepada janda, orang miskin dan anak yatim

· Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Dari Nabi saw. beliau bersabda: Orang yang membiayai para janda dan orang miskin itu bagaikan seorang pejuang di jalan Allah. Aku mengira beliau menambahkan: Dan bagaikan orang yang selalu menjalankan salat malam tanpa henti atau bagaikan orang yang selalu berpuasa tanpa berbuka. (Shahih Muslim No.5295)

3. Orang yang menyekutukan Allah dalam amalnya (riya)

· Hadis riwayat Jundub Al-Alaqiy ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa mencari popularitas dengan amal perbuatannya, maka Allah akan menyiarkan aibnya dan barang siapa yang riya dengan amalnya, maka Allah akan menampakkan riyanya. (Shahih Muslim No.5302)

4. Berucap satu kata buruk akan jatuh ke dalam neraka

· Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sungguh ada seorang hamba yang mengucapkan satu kata (buruk) sehingga ia terjerumus ke dalam neraka lebih dalam dari jarak antara timur dan barat. (Shahih Muslim No.5303)

5. Siksaan orang yang memerintahkan kebaikan, tetapi ia tidak mengerjakannya dan melarang berbuat kemungkaran, tetapi ia mengerjakannya

· Hadis riwayat Usamah bin Zaid ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Pada hari kiamat nanti seorang lelaki dilemparkan ke dalam neraka, lalu seluruh isi perutnya keluar, kemudian ia berputar membawa isi perutnya itu seperti seekor keledai memutari penggilingan. Lalu penghuni neraka mengerumuninya dan bertanya: Hai Fulan, kanapa kamu disiksa seperti ini, bukankah kamu menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran? Ia jawab: Benar, aku dahulu menyeru kepada kebaikan, tetapi aku tidak melakukannya dan mencegah kemungkaran namun aku tetap menjalankannya. (Shahih Muslim No.5305)

6. Larangan membuka aib sendiri

· Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Semua umatku akan ditutupi segala kesalahannya kecuali orang-orang yang berbuat maksiat dengan terang-terangan. Masuk dalam kategori berbuat maksiat terang-terangan adalah bila seorang berbuat dosa di malam hari kemudian Allah telah menutupi dosanya, lalu dia berkata (kepada temannya): Hai Fulan! Tadi malam aku telah berbuat ini dan itu. Allah telah menutupi dosanya ketika di malam hari sehingga ia bermalam dalam keadaan ditutupi dosanya, kemudian di pagi hari ia sendiri menyingkap tirai penutup Allah dari dirinya. (Shahih Muslim No.5306)

7. Mendoakan orang yang bersin dan makruh menguap

· Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Dua orang bersin di dekat Rasulullah saw., beliau mendoakan salah seorangnya dan membiarkan yang lain. Orang yang tidak didoakan itu berkata: Si Fulan bersin kemudian engkau mendoakannya, tetapi aku bersin, engkau tidak mendoakanku. Beliau bersabda: Orang ini memuji Allah tetapi kamu tidak memuji Allah. (Shahih Muslim No.5307)

· Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Menguap itu termasuk dari (gangguan) setan, maka jika seorang dari kamu menguap, hendaklah ia menahan semampunya. (Shahih Muslim No.5310)

8. Tentang tikus jelmaan

· Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Satu kaum dari Bani Israel telah hilang-lenyap tanpa diketahui sebab apa yang telah dikerjakan dan tidak terlihat, kecuali (dalam bentuk) tikus. Tidakkah kamu lihat, jika (tikus tiu) diberi susu unta, ia tidak meminumnya, tetapi jika diberi susu kambing ia meminumnya. (Shahih Muslim No.5315)

9. Orang mukmin tidak boleh dua kali jatuh dalam lubang yang sama

· Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Dari Nabi saw., beliau bersabda: Seorang mukmin tidak boleh dua kali jatuh dalam lubang yang sama. (Shahih Muslim No.5317)

10. Larangan memuji secara berlebihan dan dikhawatirkan dapat menimbulkanakibat buruk bagi yang dipuji

· Hadis riwayat Abu Bakrah ra., ia berkata:
Seorang lelaki memuji orang lain di hadapan Nabi saw. maka beliau bersabda: Celaka kamu! Kamu telah memenggal leher temanmu, kamu telah memenggal leher temanmu! Beliau mengucapkannya berulang-ulang. Apabila seorang di antara kamu terpaksa harus memuji temannya, hendaklah ia berkata: Aku mengetahui kebaikan si Fulan namun Allah lebih mengetahui keadaannya, dan aku tidak memberikan kesaksian kepada siapa pun yang aku ketahui di hadapan Allah karena Allah lebih mengetahui keadaannya yang sebenarnya. (Shahih Muslim No.5319)

· Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata:
Nabi saw. mendengar seorang memuji orang lain secara berlebih-lebihan, maka beliau bersabda: Sungguh kamu telah membinasakannya atau telah memotong punggung orang itu. (Shahih Muslim No.5321)

11. Tentang sikap berhati-hati dalam menerima hadis dan hukum mencatat ilmu

· Hadis riwayat Aisyah ra.:
Dari Urwah ia berkata: Abu Hurairah ra. pernah meriwayatkan suatu hadis dengan berkata: Wahai pemilik kamar, dengarkanlah! Wahai pemilik kamar, dengarkanlah! Ketika itu Aisyah sedang salat lalu setelah menyelesaikan salatnya, ia berkata kepada Urwah: Apakah kamu tidak mendengar ucapan orang ini tadi? Karena sesungguhnya Nabi saw. jika mengucapkan suatu hadis, jika ada yang menghitungnya, maka ia pasti dapat menghitungnya. (Shahih Muslim No.5325)