Translate

Rabu, 21 April 2010

Khalwat dan 'Uzlah

Nabi saw. bersabda:
"Di antara cara-cara terbaik bagi manusia dalam mencari penghidupan adalah seseorang mengendarai kuda dijalan Allah, dan apabila ia mendengar suara manusia-manusia yang panik atau ketakutan dalam berperang, ia memacu kudanya mencari mati syahid atau kemenangan di medan jihad; atau seseorang menggembalakan biri-biri dan kambing- kambingnya di puncak gunung atau di kedalaman lembah, namun tetap mendirikan shalat, membayarkan zakat, dan beribadat kepada Tuhan sampai datang suatu keyakinan. Tidak ada urusan dengan sesama manusia kecuali didasarkan pada kebaikan. " (H.r. Muslim).

Menyendiri dari pengaruh duniawi (khalwat) adalah sifat orang-orang suci. Sedangkan mengasingkan diri (uz1ah) adalah lambang orang yang berwushul kepada Nya. Memisahkan diri dari manusia sangat diperlukan bagi murid pada awal kondisi ruhaninya, dan selanjutnya mengasingkan diri pada akhir kondisi ruhani, karena telah Mencapai keakraban sukacita ruhaninya. Sikap seorang yang layak ketika memutuskan untuk memisahkan diri dari manusia adalah meyakini bahwa masyarakat akan terhindar dari kejahatannya (dengan tindakannya memisahkan diri dari mereka), bukan bahwa ia akan terhindar dari kejahatan mereka. Sikap pertama adalah hasil dari seseorang yang memandang rendah dirinya sendiri; sikap kedua adalah akibat seseorang merasa bahwa dirinya lebih baik dari masyarakat. Orang yang menganggap dirinya tidak berharga adalah rendah hati, dan orang yang menganggap dirinya lebih berharga ketimbang orang lain adalah takabur.

Seseorang melihat seorang rahib dan berkata kepadanya, "Anda seorang rahib." la menjawab, "Bukan. Aku adalah anjing penjaga. Jiwaku adalah seekor anjing yang menyerang ummat manusia. Aku telah menjauhkannya dari mereka supaya mereka aman."

Seseorang lewat di hadapan syeikh yang saleh. Sementara syeikh itu bergegas merapatkan jubahnya supaya tidak bersentuhan dengan pakaian orang tersebut. Orang tersebut bertanya, "Mengapa Anda menarik jubah Anda? Pakaian saya tidak kotor." Sang syeikh menjawab, "Dugaan Anda salah. Saya menarik jubah supaya tidak menyentuh pakaian Anda karena jubah saya kotor; kalau tidak, jubah saya pasti mengotori pakaian Anda. Jadi bukan karena saya bermaksud menjaga jubah saya supaya tidak terkotori."

Untuk dapat ber'uzlah dengan tepat, seseorang harus mempunyai pengetahuan agama untuk memantapkan tauhidnya, agar setan tidak menggodanya dengan bisikan-bisikannya. Ia juga harus mempunyai pengetahuan yang dapat diperolehnya dari syariat tentang kewajibannya, agar segala urusannya berada di atas dasar yang kokoh.

Sesungguhnya, 'uzlah adalah menjauhi sifat-sifat hina, mengubah sifat-sifat hina tersebut, bukannya menjauhkan diri lewat jarak tempat. Itulah sebabnya mengapa lahir pertanyaan, "Siapakah orang arif itu?" Mereka menjawab, "Orang yang ada dan yang jelas, yakni ada bersama makhluk, jelas namun jauh dari mereka lewat rahasianya."

Syeikh Abu Ali ad Daqqaq r.a. berkata, "Aku memakai pakaian sebagaimana orang banyak memakainya, makan-makanan yang seperti mereka makan. Namun aku menyendiri dari mereka dalam rahasia." Saya mendengar ia berkata, "Ada orang yang datang kepadaku dan bertanya, 'Engkau datang dari jarak yang jauh?' Saya menjawabnya, 'Pembicaraan ini bukannya peristiwa bepergian dengan jarak dan ukuran perjalanan. Berpisahlah dari diri Anda sendiri dalam satu langkah saja, dan Anda pasti mencapai tujuan Anda'."

Abu Yazid mengatakan, "Aku melihat Tuhan dalam mimpi, lalu aku bertanya, 'Bagaimana aku musti menjumpai Mu?' Tuhan menjawab, 'Tinggalkan dirimu dan kemarilah'!"

Abu Utsman al Maghriby berkomentar, "Adalah wajar bagi seseorang yang memutuskan memisahkan diri dari kesertaan bersama sesamanya supaya bebas dari segala jenis pengingatan, kecuali pengingatan kepada Tuhan, terbebas dari semua hawa nafsu kecuali keinginan mencari ridha Tuhan, dan terbebas dari tuntutan diri akan segala sebab duniawi. Apabila tidak demikian, maka tindakannya berkhalwat hanya akan melemparkannya ke dalam cobaan atau petaka. "

Dikatakan bahwa sendiri dalam khalwat sangat dekat pada ketenangan jiwa.
Seseorang mengunjungi Abu Bakr al Warraq, dan sewaktu akan pulang, ia berkata, "Saya telah menemukan yang terbaik dari dunia dan akhirat dalam khalwat dan kemiskinan, dan saya telah menemukan yang terjelek dari keduanya (dunia dan akhirat) dalam pergaulan dengan manusia dan kemewahan."

Ditanya tentang, 'uzlah, Abu Muhammad al jurairy menjawab, "'Uzlah adalah Anda masuk ke dalam kumpulan orang banyak sambil menjaga batin Anda supaya tidak diharu biru oleh mereka. Anda menjauhkan diri dari dosa-dosa, dan batin Anda berhubungan dengan Al Haq."

Ada yang mengatakan, "Siapa pun yang memilih 'uzlah akan mencapai kemuliaannya."
Sahl mengatakan, "Khalwat tidak sah, kecuali dengan memakan makanan halal, dan memakan makanan halal tidak sempurna kecuali menunaikan hak Allah swt.

Dzun Nuun al Mishry mengatakan, "Aku tidak menemukan suatu hal pun yang lebih baik yang dapat melahirkan keikhlasan selain khalwat."
Abu Abdullah ar Ramly berkata, "Gantilah sahabat Anda dengan khalwat, makanan Anda adalah lapar, dan ucapan Anda menjadi munajat. Maka Anda akan mati atau mencapai Allah swt.

Dzun Nuun al Mishry mengatakan, "Orang yang menyembunyikan dirinya dari sesama manusia melalui khalwat tidaklah seperti orang yang menyembunyikan dirinya dari sesamanya melalui Tuhan."
Al junayd berkata, "Kesulitan dalam 'uzlah lebih mudah diatasi ketimbang kesenangan berada bersama orang lain." Makhul asy-Syaami mengatakan, "Memang bergaul dengan sesama manusia ada baiknya, tetapi ada rasa aman dalam 'uzlah."

Yahya bin Mu'adz berkata, "Keheningan adalah sahabat orang jujur.
Abu Bakr asy Syibly selalu mengatakan, "Rusak ... rusak, wahai sahabat!" Seseorang bertanya kepadanya, "Wahal Abu Bakr, apa pertanda kerusakan?" la menjawab, "Satu dari sekian kerusakan adalah berakrab akrab dengan orang banyak."

Yahya bin Abu Katsir berkata, "Barangsiapa bergaul dengan orang banyak haruslah menyenangkan hati mereka, dan barangsiapa menyenangkan hati mereka berarti telah bertindak munafik."

Sa'id bin Harb mengatakan, "Aku berangkat menemui Malik bin Mas'ud di Kufah, dan ia sendirian di dalam rumahnya. Aku bertanya, Apakah Anda tidak merasa takut sendirian? 'la menjawab, Aku tidak menganggap bahwa seseorang yang bersama Allah swt. adalah ketakutan'."

Al Junayd berkata, "Barangsiapa menginginkan agamanya sehat dan raga serta jiwanya tentram, lebih baik ia memisahkan diri dari orang banyak. Sesungguhnya zaman yang penuh ketakutan, dan orang yang bijak adalah yang memilih kesendiriannya."
AbuYa'qub as Susy menegaskan, "Hanya orang orang yang sangat kuat sajalah yang harus menyendiri. Akan halnya orang orang seperti kita, bergaul dengan orang banyak lebih menguntungkan."

Asy Sylbly memerintah Abul Abbas ad Dimaghani demikian, "Praktikkan kesendirian dan hapuslah nama Anda dari khalayak, hadapkan muka Anda ke dinding sampai Anda meninggal dunia."

Seseorang menemul Syu'ayb bin Harb, yang bertanya, "Mengapa Anda ke sini?" Orang tersebut menjawab, "Wahai sahabatku! Sesungguhnya ibadat tidaklah lestari lewat bergabung dengan yang lain. Seseorang yang belum menjalin kemesraan dengan Allah swt. tidak akan menjadi mesra dengan apa pun."

Seseorang ditanya, "Hal mengagumkan apakah yang telah Anda temukan dalam perjalanan Anda?" la menjawab, "Al Khidhr menjumpaiku dan la ingin menyertaiku. Aku khawatir la mengacau kan tawakkalku kepada Allah swt.

Salah seorang Sufi ditanya, "Adakah seseorang atau sesuatu di tempat ini yang dengannya Anda merasa akrab?" la menjawab, 'Ada,' lalu la merentangkan tangan untuk meraih mushaf Al Qur'an. Dengan meletakkan Al Qur'an di atas pangkuannya, ia menjawab "Ini." Berkenaan dengan makna ucapannya itu, para Sufi membacakan baris-baris berikut:

Buku-bukumu di sekitarku
tidak meninggalkan tempat tidurku.
Di dalamnya terdapat obat pelipur bagi sakit yang kusembunyikan.

Seseorang bertanya kepada Dzun Nuun al Mishry, "Kapan 'uzlah yang tepat bagi diriku?" Ia menjawab, "Ketika Anda sanggup memisahkan diri Anda dari diri Anda sendiri." Ditanyakan kepada Ibnul Mubarrak, 'Apakah obat bagi hati yang sakit?" la menjawab, "Berjumpa dengan sesama manusia sejarang mungkin."

Dikatakan, "Apabila Tuhan hendak memindahkan hamba Nya dan kehinaan kekafiran menuju kemuliaan ketaatan, Dia menjadikannya intim dengan kesendirian, kaya dalam kesederhanaan, dan mampu melihat kekurangan dirinya. Barangsiapa telah dianugerahi semua ini berarti telah mendapatkan yang terbaik dari dunia dan akhirat."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar